Menulis Sosial-Politik || Menulis Tentang Entertainment, Mostly K-industry
Tampilkan postingan dengan label start up dan negara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label start up dan negara. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Oktober 2021

Start Up dan Negara

 Start-up acapkali dikaitkan dengan perusahaan yang berbasis teknologi dan informasi. Nyatanya start-up pertama kali muncul karena dikaitkan sebagai perusahaan mutakhir yang sedang dikembangkan pada akhir tahun 90-an sampai tahun 2000. Istilah start-up mulai dikenal secara publik pada masa munculnya fenomena dot-com bubble. Fenomena ini terjadi dikarenakan bursa saham di negara industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara signifikan berkat berkembang dan tumbuhnya industri sektor internet dan bidang-bidang yang terkait. Praktek ini disebut sebagai investasi prefix, dimana perusahaan dengan akhiran “.com” ataupun awalan “e-“ mengalami kenaikan yang pesat di dalam harga saham.




Meningkatnya saham di dalam industri sektor internet, makin banyak orang-orang yang memulai dan mengembangkan bisnisnya di dalam bidang internet. Dari situ, start-up mulai lahir dan bermunculan. Start-up memang identik dengan bisnis yang mengusung digitalisasi sebagai temannya. Padahal, start-up diartikan sebagai perusahaan yang dirancang dan dibentuk untuk tumbuh dengan cepat dan inovatif untuk menjawab kondisi dari ketidakpastian yang tinggi.

Perkembangan start-up di Indonesia pun sudah mulai bermunculan semenjak tahun 2000-an yang banyak dilahirkan oleh para pemuda di Indonesia dan memang Indonesia menjadi salah satu target pasar yang memukau para pengusaha start-up dikarenakan jumlah penduduknya yang besar ke-4 di dunia. Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang terbuka dengan teknologi baru. Tetapi, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa banyak perusahaan start-up yang dirintis oleh para pemuda di Indonesia tidak bertahan lama karena harus kalah bersaing dengan start-up yang merekrut tenaga asing. Namun masih banyak perusahaan start-up di Indonesia yang masih berkembang saat ini, hal ini pun juga dipengaruhi oleh modal dari investor dan intervensi pemerintah dalam penentu berkembangnya suatu perusahaan start-up di Indonesia. Tanpa dukungan pemerintah, maka start-up pun sulit berkembang dalam pelaksanaannya.

Kegagalan start-up akan melahirkan pengangguran yang baru, hal ini tentu sangat dihindari dalam aktivitas ekonomi di suatu negara. Layaknya teori John Maynard Keynes, ia mempunyai gagasan bahwasanya perlunya intervensi pemerintah dalam aktivitas ekonomi untuk menghindari peristiwa depresi yang tinggi dalam ekonomi suatu negara. Dengan melibatkan pemerintah, maka hal ini mendorong kembali kedudukan permintaan dan penawaran dalam pasar melalui kebijakan belanja dan investasi. Kebijakan pemerintah dalam mengintervensi suatu perekonomian tentunya disesuaikan dengan kondisi pasar yang sedang berkembang. Hal ini untuk mengatasi kegagalan pasar, mengendalikan eksternalitas, dan mendorong persaingan yang sehat di dalam aktivitas ekonomi. Apabila kondisi pasar sudah efektif, maka intervensi negara akan cenderung rendah karena pemerintah hanya memposisikan kedudukannya sebagai regulator dan supervisor. Maka dari itu, tingkat intervensi negara dalam suatu aktivitas ekonomi harus adaptif sesuai dengan kondisi pasar yang ada.

Sayangnya, bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa realitas yang terjadi di Indonesia ialah bahwa segala kegiatan yang berafiliasi dengan politik berpotensi gagal. Dikarenakan manusia jika sudah berpolitik bagaikan “Homo Homini Lupus”, manusia adalah serigala bagi manusia lain. Hal ini yang memunculkan kepentingan-kepentingan yang bukan untuk menyejahterakan perekonomian untuk bersama, tetapi hanya untuk kepentingan pribadi semata. Yang pada akhirnya, melahirkan berbagai drama yang dibuat oleh perpolitikan tersebut. Drama dari perpolitikan ini tentu bisa membawa ke dalam kegagalan pasar ekonomi. Hal ini bisa menjadi penghambat dalam berjalannya start-up di suatu negara. Pemerintah akan dipandang lungai dalam menjaga iklim ekonomi yang baik dan stabil. Maka dari itu, para pengusaha start-up harus bisa membaca kondisi politik di negaranya dan mengeluarkan anggaran untuk mengantisipasi risiko politik.

Risiko politik ini yang menghambat investasi dan iklim yang sehat dalam aktivitas ekonomi memang sudah seharusnya dihindari oleh pemerintah. Pemerintah sudah seharusnya melihat kehadiran start-up sebagai salah satu peluang untuk mendorong dan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika start-up berhasil dan berkembang, maka tentunya akan memantik pertumbuhan ekonomi ke depan. Maka, sudah seharusnya pemerintah membantu dan mengawal perkembangan perusahaan start-up agar bisa menjadi unicorn yang bisa menghasilkan devisa untuk negara.

Pemerintah juga bisa melakukan upaya dengan memberikan jaminan produk, pemberian produk, dan memberi insentif fiskal untuk mendorong perkembangan start-up menjadi sektor industri yang kuat. Dengan melihat potensi yang berkembang di bidang teknologi, maka perkembangan tersebut harus diikuti pembinaan yang dilakukan oleh para pengusaha. Dimana para pengusaha tersebut sudah berhasil dalam pengembangan start-up. Hal ini berguna untuk mendorong perkembangan produk dan pemasarannya. Kemudian, para pengusaha start-up dan pemerintah pun harus berkolaborasi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan inovasi-inovasi melalui kolaborasi antara masyarakat di daerah, pengusaha dan pemerintah.

            Salah satu contohnya ialah lahirnya start-up untuk menyejahterakan kelompok nelayan di Indonesia, yaitu Aruna. Aplikasi IT satu ini berkolaborasi dengan para kelompok nelayan dan pasar dengan skala nasional maupun internasional. Tentunya hal ini menjadi salah satu kolaborasi yang mendorong kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya bagi para nelayan. Yang pada akhirnya, start-up yang berbasis pada gerakan akar rumput tersebut bisa memandirikan nelayan tanpa bantuan korporasi yang selama ini melekat dan lebih bersifat menguntungkan satu pihak saja.

            Perkembangan start-up pun memang sudah seharusnya dimanfaatkan sebagai digitalisasi ekonomi. Selain menjadi primadona yang baru dalam perekonomian Indonesia, start-up juga bisa melahirkan ekonomi kreatif yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan sebagai salah satu jalan untuk dikembangkan sebagai bisnis baru di Indonesia. Keanekaragaman budaya dan hayati yang dimiliki Indonesia, sudah seharusnya diarahkan untuk menjadi potensi industri ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif memiliki peluang yang tinggi untuk menyumbangkan devisa kepada Negara.

            Pemerintah Indonesia dan para perintis start-up perlu bekerja dan berkolaborasi lebih cepat dan erat untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan. Karena dengan ekonomi digital, Indonesia bisa memperoleh pemanfaatan yang besar jikalau dikembangkan dengan komitmen yang tinggi. Apalagi perkembangan suatu teknologi dan informasi mulai memiliki peran yang signifikan dalam aktivitas ekonomi suatu negara. Kemajuan teknologi dan informasi ini pun tidak bisa dibendungi dalam kehidupan modern saat ini, karena kemajuan ini berjalan beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Setiap inovasi yang dilahirkan tentunya untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang ada di dalam kegiatan sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini pun akan menghasilkan dampak yang positif bagi negara, dampak tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan produktivitas industri yang besar dikarenakan adanya investasi yang berlangsung secara besar-besaran. Perkembangan yang pesat ini juga harus mengantisipasi negara untuk mempersiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi perkembangan zaman.

Referensi

Amalia, Dina. 2017. Karakter dan Perkembangan Bisnis Start-up Digital di Indonesia. Diakses dari https://www.jurnal.id/id/blog/2017-karakter-dan-perkembangan-bisnis-startup-di-indonesia/. [Online].

John M. Keynes. 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money. New York: Harcourt Brace.

Syauqi, Ahmad Thariq. 2016. Startup sebagai Digitalisasi Ekonomi dan Dampaknya bagi Ekonomi Kreatif di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sandi Menyebarkan Optimisme Peluang Bisnis UMKM di Masa Pandemi

  Sandi Menyebarkan Optimisme Peluang Bisnis UMKM di Masa Pandemi   Sandiaga Uno menyebarkan optimisme peluang bisnis Usaha Mikro, Kecil...